Benarkah Kita Tak Lagi Punya Privasi di Media Sosial?
Jakarta, CNN Indonesia — Di era digital saat ini, masalah privasi menjadi sangat penting. Sebab kejahatan siber semakin tinggi dengan berbagai motif dan dampaknya.
Tapi sebuah penelitian mendapati, sekali kamu terjun ke dunia maya, entah itu melalui media sosial dan sebagainya, sebetulnya kamu sudah kehilangan privasimu.
Kamu mungkin bisa menyembunyikan atau membatasi informasi pribadimu terekspos. Tapi semakin banyak kamu berteman dan bersosialisasi, semakin sulit kamu mengendalikan terpaparnya informasi pribadimu.
Bahkan, jangan kira data yang pernah kamu masukkan di website yang sudah mati akan hilang seiring matinya situs tersebut. Data itu masih bisa digali, kawan.
Begitulah penelitian yang dilakukan oleh David Garcia, seorang ilmuwan komputasi sosial dari Complexity Science Hub di Wina, Austria.
Dia melakukan analisis terhadap data di Friendster. Situs jejaring sosial ini pernah jadi idola sebelum Facebook merajai segalanya. Friendster ditutup pada 2015.
Pada 2008, jumlah pengguna Friendster pernah mencapai 115 juta. Hilangkah semua data profil pengguna Friendster ini?
Tidak! Internet Archive, sebuah perpustakaan digital nonprofit, sudah mengarsip 200 miliar halaman web dan itu termasuk Friendster. Dan, data kamu masih bisa diakses lho.
Itulah yang terjadi saat , mencoba melakukan Internet Archaeology. Terinspirasi dari video satir The Onion yang menyatakan telah menggali kembali Friendster.
Garcia mengatakan, meski sudah tidak eksis lagi, kita masih bisa menggali data dari situs yang sudah mati. Dia kemudian mengumpulkan data-data Friendster itu dan melakukan analisis pada polanya.
Didapati bahwa kebanyakan pengguna Friendster tidak melakukan pertemanan random alias acak. Sebagai contoh, mereka yang menikah cenderung berteman yang sudah menikah juga.
Yang menarik, Garcia mendapat pengguna jejaring sosial sebetulnya tak sungguh-sungguh bisa menjaga privasinya sekali ia terjun ke dunia media sosial. Sekali ia berbagi informasi pribadi, meski hanya kepada lingkaran pertemanannya, informasi itu tidak akan tersembunyi lagi.
“Kamu tidak bisa sepenuhnya mengontrol privasimu,” kata Garcia dalam penelitiannya yang diterbitkan di Science Advances edisi awal Agustus.
Platform media sosial tidak secara sengaja membentuk profil bayangan kamu. Tapi dengan informasi yang kamu bagikan di jejaring sosial dan kemampuan komputasi platform sosial itu, profil kamu akan terpampang jelas di dunia maya.
Garcia meneliti itu dengan hanya memakai informasi publik yang paling mendasar lho. Dia juga tidak menggunakan algoritma khusus untuk menggali informasi dan menciptakan profil bayangan, supaya tak disalahgunakan orang lain.
Tapi, berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari teman di jejaringmu, dengan jelas akhirnya memampangkan siapa kamu. Garcia mengatakan, profilmu bisa diprediksi dengan tepat. Seperti status perkawinan, lokasi, orientasi seksual, atau afiliasi politik.
“Ini ilustrasi yang bagus akan masalah yang kini terjadi di masyarakat kita, bahwa kita tidak lagi bisa mengontrol informasi apa yang diinginkan orang dari kita,” kata Elena Zheleva, ahli komputer dari Universitas Illinois di Chicago, seperti dilansir Science News, baru-baru ini.
Bahkan, meskipun kamu tidak ingin berpartisipasi di media sosial, tidak berarti profilmu tidak akan muncul di dunia maya.
Ini artinya, kata Garcia, kita harus memikirkan ulang apa yang disebut dengan privasi. Sebab, semakin banyak kita bergaul, semakin banyak jejak informasi pribadi yang kita tinggalkan. (Deddy Sinaga/Deddy Sinaga)